APA YANG SAYA BERPIKIR, SAYA RASAKAN DAN SAYA ALAMI SELAMA HIDUP SAYA, SAYA AKAN MUATKAN DALAM MEDIA SOSIAL ATAU BLOG INI.

Bungsu rio Womy

  • This is default featured slide 1 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 2 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 3 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

IBADAH PENERIMAAN PEMUDA WILAYAH JAYAPURA DAN KABUPATEN KOTA

 IBADAH PENERIMAAN PEMUDA  WILAYAH JAYAPURA DAN KABUPATEN KOTA TAHUN 2020.

 Thema: "

DIMURIDKAN UNTUK MEMURIDKAN

(𝘒𝘐𝘚𝘈𝘗𝘈𝘙𝘈𝘚𝘜𝘓. 1:8)

1. KUASA

2. ROH KUDUS

3. MENJADI SAKSI 

Khotbah dengan karakter yang kuat, mental yang kuat, iman yang kuat dan pendirian yang kuat. Dan yang berwibawa, khotbah handal dan karesmatik Mengikuti garis keturunan misi ABMS. 

Dengan kuasa Allah dan kuasa Otoritas Allah. Sebabnya saya sampaikan Terima kasih kepada Tuhan yang pemilik hidup saya, saya sampaikan Terima kasih kepada semua kakak senior saya dari jilondun ada di berbagai tempat atau daerah.

Saya sampaikan Terima hasih kepada Bpk Gembala YEPANUS WENDA, DUNI WENDA, DIWES YOMAN DAN BOAS WENDA. 𝘔endorong saya dalam Rohani se𝘩ingga hari ini saya menjadi pembicara yang luar biasa Di depan ratusan orang. Tak lupa lagi saya sampaikan Terima kasih kepada jemaat baptis jilondun selalu mendoakan saya. 

Semua Roh kudus yang berbicara jadi biarkan Roh kudus bertindak.

Saya pesan kepada jemaat semua terus mendukung dalam Doa.

Supaya saya tetap maju dalam Tuhan menjadi pembicara yang luar biasa dan pengkhotbah yang luar  biasa.

Khotbah Yosibel Wenda Hari Minggu 4/10/2020. 

𝘗𝘶𝘣𝘭𝘪𝘬𝘢𝘴𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘰𝘭𝘦𝘩: 𝘳𝘪𝘰𝘸𝘦𝘮𝘦𝘭@𝘨𝘮𝘢𝘪𝘭.𝘤𝘰𝘮

Share:

MENJADI PEMAIN LAPANGAN BUKAN MENUNGGU WAKTU

 "MENJADI PEMAIN LAPANGAN BUKAN MENUNGGU WAKTU"

Pemateri Anak mudah Baptis papua lahir di kampung lanny jaya kampung kecil di jilondun Tenonggame tanggal 23 juli 1997 

Bermain dengan penuh dengan pecek, sehari hari berbakaian rabik suatu saat tidak pernah mandi lalu pergi sekolah di SD YPPGI BONANIP kehidupan suatu  saat menjadi anak pembantu di rumanya seorang guru Bernama URIA WENDA dan seorang ibu janda Bernama LUAP WENDA.

Dari tempat itu, menuju di tempat  pembicara dan pemateri dan anak kampung tetapi, mendidik orang kota wilayah jaya dan kabupaten  kota.

Penulis bisa menjadi pembicara itu, karena benar-benar menggenal Tuhan dan sifat Allah kasih, ketaatan, kejujuran dan kebenaran. 

Karena itu penulis mengucapkan Terima kasih kepada Tuhan yang selalu bersama penulis.

Penulis memberi pesan kepada adik-adik sekolah minggu di jemaat baptis  jilondun jangan tinggalkan gereja, jangan tinggalkan (kunu) honai gereja. Jangan tinggalkan orang tua dan jangan pernah melawan orang tua. 

Hari ini penulis benar mengerti dan paham bahwa, gereja itu membentuk orang, gereja itu membuat orang pemimpin dan gereja itu menyadarkan orang dan membuat orang bertobat.

Pesan kedua kepada orang adik-adik saya  di jilondun yakni:

GIDEON WENDA, ANIKEL WENDA,  MILENUS WENDA, NIEL WENDA dan teman-teman lain itu, orang tua didik mereka, membawa mereka kepada Tuhan pada hari minggu kemudian orang tua membawa mereka tidur di honai laki-laki. 

Supaya mereka setelah sekolah akan kisah dalam kehidupan mereka dan gereja baptis jilondun kedepan terus kuat dan terus menjadi perubahan.

Pedan ke tiga adalah pendidikan karena itu guru-guru sekolah gereja baptis jilondun membangun pendidikan di sekolah minggu yakni:

Mengajar tentang sejarah gereja baptis papua, mengajar tentang ideologi papua, tentang nama-nama toko-toko gereja baptis jilondun yang sudah meninggal maupun belum meninggal dunia. Kemudian mengajar sejarah jilondun dengan landasan kitab suci Firman Allah. Seorang guru mempersiapkan materi untuk mengajar itu, jangan keluar dari kitab suci.

Tiga poin ini kenapa penulis bisa sampaikan kepada orang tua, guru sekolah minggu dan murid-muridnya.

Karena penulis merasa hal ini, sangat penting untuk perkuat gereja baptis papua dan pendidikan menjawab bangsa harus damai. 

Kesimpulan adalah perjuangan itu, waktu yang cukup panjang contoh menanam pohon kelapa utan dalam satu 10-20 menit kemudian menuai

 dua atau tiga tahun kemudian, baru menuai.

Maka perjuangan kita Tuhan Allah perintungkan satu persatu.

Ita wakhu purom 26/10/2020.

Share:

MASA PERINTISAN SEJARAH GEREJA BAPTIS PAPUA"

 "MASA PERINTISAN SEJARAH GEREJA BAPTIS PAPUA"

perjalanan Australian Baptist Missionary Sociery  (ABMS/Misi Masyarakat Baptis Australia).

Sentani.

 Norman Draper dan viktor White tidak hanya bertugas menghadakan penelitian bagi pelayanan di papua barat, tetapi sekaligus menjadi perintis pelayanan itu. Mereka yang pertama membangun pos di sentani. Perkembangan selanjutnya berfungsi sebagai tempat berlibur bagi Misionaris ABMS yang melayani di Balim Utara.

Kedatangan Norman Draper dan victor White di susul oleh Gil Mac Arthur. Selanjutnya di susul Nyonya Sheila Draper dan anaknya Jhon Draper tiba di Sentani pada hari Natal, bulan Desember 1955. Pada perayaan natal itu di selengarakan di sentani, Pos Tujuh dengan beberapa keluarga lain dari Zending CAMA, RBMU, APCM dan UFM. Anggota tim ABMS lain, Ian Gruber tiba pada tanggal 9 Februari 1956, Jhon Betteridge tiba pada tanggal 11 Maret 1956, dan Hein Noordyk ( seorang warga Belanda yang menetap di Australia) tiba pada tanggal 15 April 1956 di Sentani. Mereka tinggal di bukit Misi (sekarang di sebut pos tujuh Sentani). Tempat tinggal yang berada di bawah kaki gunung Cycloop ini merupakan gunung-gunung peninggalan Tentara Amerika Serikat, dimana terdapat gedung-gedung tempat tinggal dan gudang.

Mereka mengadakan pertemuan dengan misi-misi lain yang bekerja di Lembah Balim. Mereka sepalat bahwa Zending Christian And Misionary Alliance (CAMA) akan melayani di Lemnah Baliem (Hitigima, peno, nggwalo, Tulem Sagma, Wosi, Ibele Sinakma, Ilaga dan Sinak), Australian Baptist Missionary Society (ABMS) di Lembah Balim Utara (Beam, Danime, Poga, Yuga, Magi, Pirime, Tiom Balingga dan Kwiyawagi), di Lembah Habliflorie (Mulia, Ilu), Asia Pacific Missionary (APCM) (Danau Archbold (Anogom Nggok), Bokondini, Wolo, Kelila), dan The Regions Boyond Missionary Union   (RBMU) di Lembah Swart/Lembah Hitam (Karubaga, Kanggime, Mamit). Ada suatu perencanaan yang matang dari pihak UFM, RBMU, CAMA dan ABMS untuk bersatu dalam rangka memulai perjalanan misi dari Danau Archbold, dan bersama-sama membuat lapangan terbang di Bokondini. Kemudian sesuai kesepakatan RBMU mendapat tempat di Lembah Swart. Pada saat yang persamaan misi ABMS dan misi CAMA saling membantu dalam pembangunan lapangan terbng di  peno, nggwalo berasil di bangun. Misionaris ABMS melakukan perjalanan ke arah Lembah Baliem Utara; masuk Melalui Beam, Magi, Prime, Tiom dan Kwiyawagi.

 Rencana memasuki daerah pelayanan Misionaris ABMS di Balim Utara yang akan di Wuyudkan secara bertahap sebagaimana telah di singung, maka dalam pertengahan April 1956, tepatnya pada tanggal 17 April 1956 penerbangan pertama dari Danau Sentani (Yabaso Pantai) memuat peralatan dan perkekalan menuju Danau Archbold di Bokondini.

Bokondini.

Pada tanggal 19-28 April 1956, para misionaris menghadapi tantangan yang cukup besar, namun semangat yang gigih mereka memulai perjalanan. Pada saaat itu barang diangkut ke pangkalan UFM dan Danau Archbold (Anogum Nggok). Tim para perintis itu terdiri dari misi ABMS (Norman Draper, John Betterridge dan Gil MacArthur), bekerja sama dengan tim dari Misi UFM (Bert Powell), misi RBMU (Bil Whidbin, paul Gesswein) dan 7 orang berasal dari Senggi, 1 orang Biak dan 1 orang Madang, PNG maka tim berjumlah 15 orang. Mereka berangkat menuju ke Danau Archbold dari Danau Sentani (Yasabo Pantai) yang di kemudian oleh pilot E. Ulrich, dengan jenis pedawat Ampibi, sementara Ian Gruber tetap tinggal di Pos 7 Sentani maksud untuk menjaga radio, sementara tim yang lain melakukan perjalanan dari Danau Archobold ke Bokondini dengan berjalan kaki selama tiga hari. Di tengah perjalanan itu mereka harus menyebwrangi kali Mbogo. Karena kali itu tidak ada jembatan, salah satu seorang misionaris mencoba mendahului rekan-rekan yang lain menyeberangi dengan berenang tetapi tidak berhasil dan barang-barangnya terbawah hanyut kali tersebut. Sementara mereka mencoba-coba, ada penduduk Asli orang Lani menyeberangi kali itu dengan berjalan di dalam kali dan berhasil menyeberang (tidak berenang). Misionaris mengikuti seperti penduduk Asli itu dan berhasil menyeberang kali. Sesampainya di Bokondini mereka bekerja keras menyediakan tempat dengan cara membabat rumput-rumput yang tinggi dan dibakar agar pesawat terbang yang mengangkut barang-barang mereka yang dapat menurunkan barang-barang dari udara sambil terbang rendah di tempat yang sudah di sediakan.

Beberapa hari kemudian mereka segera mulai membuat lapangan terbang dengan mengrakkan ratusan orang Lani untuk membuat lapangan terbang dan pada akhir hari di bayar kulit bia (Yebarip/Tonanggen) sebagai upah kerja sehari. Selama pembuatan lapangan terbang para misionaris menjumpai seorang bernama Pigirik Yoman, orang yang pernah mengujungi tim ekspedisi Archbold di Habbema pada tahun 1938. Pada tanggal 6 Juni 1956 pesawat terbang pertama kali mendarat di  Lapangan terbang Bokondini yang di kemundikan oleh pilot Dave Steiger.

Pada tanggal 7 Juni 1956, Norman Sheila Draper dan John Betteridge melakukan penerbangan ke arah Baliem Utara untuk meninjau tempat-tempat yang cocok untuk membuka pos-pos misi. Tempat yang di pilih pertama adalah di Tiom, kemudian kembali ke Bokondini. Pada tanggal 8 Juni 1956. Jonh Betteridge dengan 6 orang senggi untuk mengangkat barangnya, perjalanan selama 7 hari menuju ke Lembah Baliem. Tentu merupakan pengalaman yang berat, karena ikut jalan yang tidak langsung, tetapi lewat Lembah Balim Utara yakni dari Bokondini bersama satu orang Lani bernama Nggelopir Kogoya sebagai petunjuk jalan, melalui Kombame menuju ke Nunggalome, Poga dan bermalam di Pindanggime bersama Walaganip Yikwa, dia menyembut mereka dengan pesta babi itu. Tim Misi memberikan imbalan dengan Tonanggen kepada Walaganip. Hari berikutnya melanjutkan perjalanan, sesudah mereka mencapai kali Kombame Nggelopir hanya dapat menunjuk arah yang harus mereka tempuh memuju Lembah Balim tetapi tidak bersedia meneruskan perjalanan karena takut akan di bunuh sebab mereka akan melintasi melewati daerah musuh.


Sesudah dua hari perjalanan, mereka mencapai puncak pengunungan di Orang Lani di tempat itu merasa heran dan berkata ini hantu (Kwewa' nakwe). Karena mereka tidak pernah melihat orang yang kulit putih. Tetapi karena Nggelopir ikut mengangkut barang-barang para misi ABMS dari Bokondini, maka orang-orang di sekitar itu membantu mengangkut barang-barang para misi ABMS. setelah itu berjalan mengikuti kali Lu sampai di Muara kali Lu dan kali Yu, orang Lani yang mengangkut barang mereka kembali dari situ. Norman Draper dan John Betteridge melanjutkan perjalanan dan menyeberangi kali Yu, rombongan itu memasang tenda untuk bermalam di Mbinigonuk, pertemuan yang mengagetkan itu beberapa orang Lani berdama habat dengan mereka dengan pesta babi dan memberi mereka mengundang Norman Draper dan John Betteridge, lalu keesokan harinya menuju ke Danime pada tanggal 10 Juni 1956 dan bermalam di Prambor, pinggir Sunggai Balim bersama Agalengga Tabuni. Salah satu orang Lani yaitu Kirip Kaloma Yikwa (dua orang kembar) mencuri barang milik misi ABMS, ia memggambil barang itu termasuk pisau yang ia lihat mengkilat dan menjadi sebuah kembanggaan untuk di pamerkan kilauannya kepada publik. Kemudian pada tanggal 11 Juni 1956, menuju ke Peno' nggwalo/Piramid. Mereka segera kembali ke Bokondini melalui Jalan Tagime selama satu setengah hari. Pada akhir bulan Juni 1956, Ian Gruber dan Hein Nordyk menyusul terbang dari sentani Bokondini.


Pada tanggal 25 Juni 1956, para misionaris RBMU berangkat dari Bokondini berjalan kaki menuju ke Lembah Swart supaya bisa membuka pos pertama di Toli. Sebagian misionaris RBMU yang masih tinggal di Bokondini, meneruskan dengan memperbaiki lapangan terbang dan menyiapkan bahan untuk perjalanan ke Peno' nggwalo.


Peno' nggwalo.


Pada tanggal 30 Juli 1956, lima misionaris baptis, yaitu: Norman Draper Gil MacArthur, John Betteridge, Hein Noordyk dan Ian Gruber dengan 6 orang dari Senggi untuk mengangkut barang, berangkat dari Bokondini berjalan kaki ke peno' nggwalo dalam perjalanan itu terjadi hujan yang lebat. Sesudah beberapa jam rombangan ABMS tiba di piramid, muncul juga rombongan CAMA dari arah Hitigima, Wamena mengunakan motor temple yang di bawahnya dari Sentani.


Kehadiran para misionaris menjadi berita hangat bagi penduduk asli sehingga menimbulkan berbagai macam pertanyaan yang mereka perbincangkan antara lain: Siapakah mereka itu? Manusia atau sejenis roh (Kwewa' nokwe). Dari mana mereka ini datang? Karena terdesak oleh musuh? Mengapa mereka itu datang? Apa tujuan mereka? Sampai dimana kekuatan gaib mereka? Apakah mereka datang menyerang kita? Bagimana kita menghadapi mereka? Bagimana mereka ini selanjutnya? 


Orang Lani di peno' nggwalo sepanjang malam mengerumuni dan mengangu para misionaris. Pandangan penduduk asli terhadap misionaris meliputi kegaguman, kekuatan, dan curiga mengenai pendatang-pendatang baru itu. Mereka heran memgenai radio, kapak yang mengkilap lebih baik dari pada kapak batu, kulit bia yang begitu banyak yang merupakan benda berharga bagi penduduk asli. Karena kulit bia adalah komoditas yang bernilai ekonomis yang paling tinggi hanya dimiliki oleh pemimpin-pemimpin yang ternama.

Seorang yang bernama Duguwarak Tabuni (Kombanak) diakui sebagai pemimpin perang dan juga pemimpin rohani. Dia mengundang para misionaris dan mengharuskan mereka untuk menghadiri upacara khusus, dimana seluruh rombangan tanpa terkecuali harus berpartisipasi dalam acara prnyembahan roh. Para misionaris di minta berbaris di depan seluruh masyarakat asli dan di depan misionaris itu di letakkan beberapa bambu (Longgop). Pemimpin upacara itu  memanggil roh sementara para misionaris meginjak-injak bambu itu. Selanjutnya, para misionaris di beri makan ubi dan keladi. Para misionaris di suruh berdiri membentuk suatu lingkaran dengan kedua tangan di belakang. Seorang dukung mendatangi mereka satu persatu dan meletakkan potongan-potongan

Ubi atau keladi di mulut untuk di makan. Misiaonaris mengikuti sesuai dengan amanat yang di perintahkannya.


Upacara di teruskan dan  tarian umum dibawah pimpinan Duguwarak Tabuni (Kombanak), Eyalek Tabuni, Maragi Komba dan Enaragi Komba. Acara berikutnya merupakan pokok acara yang terpenting untuk menentukkan, Apakah para misionaris itu manusia atau sejenis hantu (Kwewa' nakwe). Tes ini sederhana sekali, karena menurut orang Lani, roh-roh itu tidak pernah merokok, yang hanya merokok adalah manusia. Sedangkan menurut kenyataannya beluk ada di antara misionaris merokok. Permintaan dan rintihan para misionaris, minta dispensasi untuk merokok sama sekali tidak di terima oleh pemimpin upacara, maka mulailah rokok di sulut (dibakar) di isap oleh pemimpin upacara beberapa kali kemudian di berikan kepada misionaris satu persatu. Pemimpin upacara menekankan bahwa setiap misionaris bisa mengeluarkan beberapa kepul asap dari tembakau lokal itu. Sesudah semua upacara itu diikuti oleh misionaris. Seluruh orang Lani yang hadir dengan serentak bangkit bersorak dan menari mengungkapkan sukacita mereka. Sekarang pendatang baru itu berbuat apa saja-berkebun, memotong, mengikuti upacara adat dan boleh menika dengan gadis-gadis cantik mereka. Sesudah mereka terima anggota-anggota baru dari masyarakat itu, mulailah mereka dengan membuat lapangan terbang di peno' nggwalo. Para misionaris mencari tempat tinggalnya yang cocok dan membangun tenda-tenda. Karena  kecederungan orang Peno' nggwalo suka mencuri, mereka juga perlu membangun pagar di sekeliling tempatnya. Sesudah tiga hari, John Betteridge berangkat pulang kembali ke Australia.

Magi. 

 Pada tanggal 25 Oktober 1956, rombongan ABMS terdiri dari Norman Draper, Hein Noordyk dan Ian Gruber bersama dengan Myron Bromley, seorang ahli bahada sari misi CAMA, berangkat dari Peno' nggwalo berjalan kaki ke Lembah Balim Utara sampai ke Tiom. Pada saat mereka lewat gunung di daerah Beam, mereka dapat melihat Lembah Baliem Utara itu terbentang jauh ke arah Barat. Tantangannya adalah membawah Injil kepada orang di Lembah ini. Pada malam kedua mereka bermalam di samping kali Magi, di samping Kulukulu bersama dengan Pindenggup Kogoya. Mereka memeriksa suatu tempat dimana mungkin dapat membuat lapangan terbang.

Pirime.

Setiap hari di perjalanannya, Myron Bromley misionaris CAMA memeriksa daftar kata-kata Bahasa Lani, Norman Draper dan Hein Noordyk mengurus makanan, dan Ian Gruber memberi suntik penicilin untuk penyakit patek. Pada hari ketiga mereka bermalam di dekat kali Pirime, Longgame, Umbanome bersama dengan Wunim Wanimbo (seorang albino atau berkulit putih, dongga). Sambil mereka memeriksa suatu tempat Yang memungkinkan untuk membuat lapangan terbang.

Tiom.

Pada siang hari, jam satu siang, pada tanggal 28 Oktober 1956, Norman Draper, Hein Noordyk, dan Ian Gruber berama dengan Myron Bromley tiba di Kubuniki. Orang Lani yang membawa barang-barang mereka dari Pirime ke Tiom hanya sampai di Kubuniki. Karena ada perang antara kelompok Tawarak' onugwa Wanimbo dengan kelompok Balim' mendek Yigibalom. Sehingga para misionaris harus mengangkut barang mereka sendiri tanpa di bantu oleh orang Lani dan pada sore harinya misionaris tiba di Gurik Paga, Tiom, Ti Eyom. Dimana mereka di temui Pigirik Yoman, orang yang pernah bertemu di Yugume oleh tim ekspedisi Archbold dan di Bokondini oleh para misionaris. Pada sore hari itu juga mengukur tempat pembuatan lapangan terbang. Rombongan misi itu beralaman di Gurik paga, Tiom bersama Pigirik Yoman dan menyembut mereka dengan menyembelih babi secara adat.

Pada tanggal 29 Oktober 1956, berangkat kembali Peno' nggwalo  supaya mereka dapat mempersiapkan diri untuk kembali menetap di Tiom. Sebelum mereka berangkat dari Tiom ke Peno' nggwalo, kepala suku di Tiom meminta kepada misionaris untuk memberi pengumuman kepada dua kelompok yang berperang itu bahwa mulai dari sekarang tidak berperang lagi. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan kembali ke Peno' nggwalo selama  dua setengah hari. Di peno'nggwalo mereka sibuk menyiapkan barang-barang dan merencanakan perjalanan kembali ke Tiom.

Share: